Somehow…

Somehow, kurang lebih artinya, “entah bagaimana” atau bahasa Jawanya, “mbuh keno opo“, beberapa hari terakhir sangat nusuk di kepala saya. Suatu kata yang mungkin melambangkan keheranan saya atas beberapa hal yang terjadi akhir-akhir ini.

Mungkin ada yang menghubungkan dengan lomba kemarin, dimana saya kalah. Yah, mungkin juga iya. Ndak tahu lah. Jangan ditanya mengenai jalannya lomba. Ndak ada nafsu membahasnya. Maklum kalah. Hilang sudah satu Mata Musafir.

Somehow, berat juga jadi mahasiswa ITB. Berat di mental.

Saya malah mau berbagi tentang yang lain saja.

Mulai dari lomba kemarin. Jujur, sangat membosankan jika menghapus kontribusi teman-teman yang ada, acara penutupan (yang wow, tapi paling menyedihkan, for me at least), dan panitia yang mendewi. Ndak ada acara hiburan yang bener-bener nyantol. Dufan gagal. Terlalu banyak selipan pesan Pertamina-nya. Apa boleh buat, sponsor utama. Acara-acaranya juga tidak terlalu wah. Boring.

Tapi, untunglah, ada teman-teman dari perbagai dimensi tanah air. Dari ujung paling barat, hingga paling timur. Walaupun sudah sering ngumpul dan ketemu pada acara yang seperti ini, tapi kali ini beda. Biasanya, saprovinsi lebih dari s.atu, jadi ada kemungkinan bergerombol. Namun kali ini, cuma satu wakil per provinsi, jadi terpaksa gabung.

Lucu juga sih, apalagi ada preman-preman Jawa coretnya. Maksudnya, ternyata, walaupun multi daerah asal, banyak yang ada keturunan Jawa. Berikut ini foto anak matematikanya :

Math OSN PTI 2010
Math OSN PTI 2010

Oh iya, saya juga berhasil foto dengan calon artis. Kan, ceritanya, ada panitia yang jago nyanyi, ikut semacam UI Idol. Dari 7 Giga file dokumentasi yang saya dapatkan, cuman foto ini yang rada berkesan. Semoga pacarnya gak marah. Saya ndak maksud apa-apa kok. Kan siapa tahu, jadi artis. Jadi, pas udah terkenal, ndak perlu minta foto. Suaranya merdu lho.

Foto dengan Calon Artis
Foto dengan Calon Artis

Saya kok sipit ya?

Itu berasal dari lomba kemarin. Mari kita bahas, somehow yang lain.

Pas, mau pulang, malam Jumat, di Merapi ada letusan yang besar. Tengah malam. Dan, somehow, saya semalaman ndak tenang. Entah kenapa. Saya sudah meyakinkan diri dengan mengecek semua kerabat dan teman yang ada di sekitar Merapi. Dan, Alhmadulillah semua baik-baik saja. Sampai sekarang, kadang-kadang suka khawatir sendiri. Semoga ini hanya kekhawatiran tidak beralasan.

Somehow yang lain, masih berhubungan dengan tulisan sebelum ini. Mengenai bencana. Sungguh, saya emosi mengetahui ada yang tidak beres, dan tidak bisa berbuat apa-apa. Ada lagi yang tiba-tiba kepikiran, tentang keberadaan SBY di Jogja. Mau ngapain dan sudah ngapain saja di sana ? Jadi muncul spekulasi di hati saya, jangan-jangan SBY ingin mengikuti jejak Presiden Chili yang sukses memimpin penyelamatan penambang. Mungkin, SBY ingin menutupi kelemahannya saat acuh tak acuh pada banjir Wasior.

Bukan saya tidak berterima kasih. Namun, sekali lagi, somehow, ada yang ndak pas. Kenapa tidak ke Mentawai yang korban lebih banyak ? Dan kenapa serasa tidak ngaruh. Ndak tahulah. Hanya sekadar spekulasi salah satu penduduk Indonesia.

Somehow, tugas-tugas sudah mulai muncul bertubi-tubi. Dan saya masih sangat jengkel terhadap tugas Sistem Informasi saya. Sungguh. Ibarat kata, disuruh menganalisis dan menyelamatkan satwa langka. Tiba-tiba, satwa langka tersebut menghilang, lenyap.

Somehow, nilai ujian sudah mulai muncul. Ndak ada yang mencolok. Entah tinggi atau rendah. Disyukuri saja.

Somehow, saya pengen pulang ke rumah. Somehow, kangen dengan keluarga dan orang-orang di sana, suasana di sana, terutama, suara logat khas sana. Jadi teringat coklat Monggo saya yang peyok. Kuncup lah.

Somehow, APBA asrama belum juga dibuat. Penentuan berapa besar uang sewa asrama ada di tangan saya. Haduh…

Somehow, tiba-tiba Sabtu malam main futsal dengan orang Turki. Diajak Cetin Abi, salah seorang pembina asrama saat saya SMA. Niat parah mereka. Dan, masih sangar juga. Orang Libya yang tinggal di dekat asrama saya masih kalah.

Somehow, banyak pemain Inter Milan terkena cedera. Maicon, Sneijder, Samuel, Motta, dan beberapa lagi. Terselip AC Milan pula.

Somehow, saya benci jadi kerikil yang biasa-biasa saja. Sangat jauh lebih mending jadi orang batu karang. Minimal bakal ketahuan kalau hilang.

Sonehow, cukup segini saja. Mungkin lagi curhat kali ini. Tapi tak apalah. Sedang banyak fikiran.

PS : Untuk Tuhan, Orang Tua, Bangsa, dan Almamater…

13 comments

  1. Mbok mending bahas yang tidak menyinggung Mas Sunni, sebagai contoh coba dilihat itu foto pertama, tulisan OSN PTI nya kebalik.

Tinggalkan Balasan ke ismailsunni Batalkan balasan