Kendala Bahasa: Tidak Jadi Hackathon

Tempo hari (alias November tahun lalu, saking malesnya nulis), ada sebuah info tentang GP Robot 24h di kampus tempat saya menuntut ilmu. Dilihat dari judulnya, kayaknya sih tentang hackathon bikin robot gitu. Saya penasaran untuk ikutan tentu saja. Saya pun bertanya ke panitianya, ternyata perlu untuk membuat tim (2-4 orang). Kalau tidak punya tim, bisa mendaftar nama dulu saja, nanti digabungkan ke orang yang senasib.

Berhubung mengajak teman sekelas tidak ada yang tertarik, saya pun terpaksa mendaftar nama dulu saja. Lagian ndak apa-apa gabung sama orang baru, nambah-nambah teman. Maklum selama di sini, jumlah teman baru saya cenderung statis, haha.

Ternyata ada 5 orang yang tidak punya tim (termasuk saya). Akhirnya disuruh sama panitia untuk bikin kelompok 2 dan 3 orang. Tapi bisa bikin di lokasi saja pas hari H. Ya wis lah, ndak apa-apa pikir saya.

Setelah pulang dari tanding badminton (dimana saya menang WO karena lawannya ndak muncul – padahal jago lho), saya bersiap-siap untuk ke hackathon ini, tentu saja dibantu istri saya yang menyiapkan bekal lengkap.

Setelah semua siap (makanan, camilan, sarung, laptop, dll), saya pun berangkat ke lokasi hackathon, di kampus saya. Naik sepeda tentunya. Dibarengi udara dingin khas bulan November.

Sampai di sana, ternyata cuma ada 2 tim. LOL. Ditambah satu tim yang berisikan 4 orang yang tadinya ndak punya tim tadi. Totalnya 3 tim. Tapi kan satu tim maksimal 4 orang, whalah. Dipersusah lagi, ternyata 4 orang tersebut ndak bisa bahasa Inggris (dan saya pun ndak bisa bahasa Spanyol).

Membayangkan kerepotan dalam berkomunikasi, saya pun bilang ke panitia untuk tidak jadi ikutan. Daripada ndak jelas nantinya. Biarlah mereka berempat jadi satu tim saja. Hiks.

Akhirnya, saya pun pulang ke kontrakan lagi. Semoga ada kesempatan lain lagi untuk ikutan acara serupa.

Lesson learned: Jangan malas belajar bahasa lokal! (saya sudah gagal belajar 3 bahasa lokal ternyata: Sunda, Korea, dan sekarang Spanyol, duh)

Tinggalkan komentar