Solat Idul Fitri di ‘s-Hertogenbosch

Bisa juga dibaca di sini.

Tempo hari, ada sebuah keperluan yang menyebabkan saya solat idul fitri di ‘s-Hertogenbosch. ‘s-Hertogenbosch tentu sebuah nama yang sangat unik dan asing bagi kebanyakan orang, termasuk saya. Sedikit cerita, ‘s-Hertogenbosch merupakan salah satu kota di Belanda. Memag susah menyebutnya, jadi memiliki nama lain yang lebih ramah di lidah: Den Bosch. FYI, Den Haag atau The Hague juga memiliki nama lain yang unik juga, yakni ‘s‑Gravenhage

Survey Tempat Solat

Singkat cerita, saya berangkat di akhir bulan Ramadan dan baru pulang di bulan Syawal, yang berarti saya akan melaksanakan solat idul fitri di Den Bosch. Sebelum berangkat, saya sudah survey tentang keberadaan masjid. Dan ternyata, ada tiga masjid di Den Bosch. Saya kunjungi salah satunya yakni Masjid Arrahmah, untuk menanyakan jadwal solat ied, sekaligus numpang solat fardhu.

Masjid Arrahmah

Saya agak surprise ketika mendatangi masjid ini, karena bentuknya beneran masjid, bukan gedung atau rumah. Bisa disimpulkan, komunitas muslim di kota ini cukup besar. Terbukti dengan cukup mudahnya menemukan restoran dengan makanan halal selain kebab.

Ternyata, masjid tersebut masih menunggu keputusan kapan solat iednya. Yah, mirip-mirip di Indonesia lah. Tapi saya cukup yakin, akan dilaksanakan hari Jumat waktu setempat mengingat lokasi Belanda yang jauh ke barat dari Indonesia. Tak lupa saya tanyakan jam berapa solat iednya (jam 8 pagi).

Solat Ied

Hari Jumat pagi, saya berangkat naik bus (sudah ngomong ke panitia kegiatan, kalau mau solat ied duluan). Mau bayar tiket pakai kartu, lha kok ndak kebaca. Padahal hari sebelumnya kebaca. Saya pun dengan plegak-pleguk ngomong ke bu supirnya, mau ke mosque/masji ketika ditanya mau kemana. Kayaknya si ibu supir kurang paham, wkwkwk. Mungkin gara-gara speaking saya zonk.

Alhamdulillah, ada penumpang lain yang mendengar obrolan saya dengan bu supir. Lalu ditanya apakah mau solat ied. Selanjutnya, si penumpang ini menjelaskan ke bu supir kondisinya, dan dia juga bilang bahwa saya ngikut rombongan si penumpang ini (dia, istrinya, dan 3 anak kecil). Selesai masalah.

Menanti Solat Ied Dimulai

Saya pun berkenalan dengan mereka. Si Bapak bernama Muhammad. Saya juga diberi tahu nama anaknya, tapi kelupaan ✌️

Singkatnya, mereka dari Palestina, tinggal tak jauh dari penginapan saya. Si bapak baru sampai di Belanda 3 tahun yang lalu, dan keluarganya baru menyusul 1 tahun yang lalu. Tentu saja saya teringat teman kuliah saya yang dari Palestina dan teman istri yang juga dari Palestina.

Kami sampai di masjid dan sudah ramai, kebagian solat di luar masjid. Istri Pak Muhammad menuju ke area perempuan bersama satu putranya sementara saya ngekor Pak Muhammad ke area laki-laki.

Tak lama berselang, solat dimulai. Tidak banyak yang berbeda dengan solat ied di Indonesia, selain khutbahnya yang berbahasa Arab. Oh ya mungkin anak-anak di sini diberi bingkisan permen dan coklat.

Pak Muhammad dan dua putranya
Kurma Gratis

Setelah solat, saya pamitan dan mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu :D. Beliau mengundang saya untuk mampir ke rumahnya, saya tertarik untuk bertamu. Namun ternyata kegiatan saya lebih padat dari yang saya prediksi, jadi ya ndak jadi. Tentu, saya mengirim pesan ketika meninggalkan Den Bosch.

Epilog

Saya merasa beruntung bertemu dengan keluarga tersebut. Mungkin tendengar sepele, hanya menemani solat ied (yang mereka juga lakukan). Tapi, bagi orang asing, bertemu dengan orang-orang seperti ini sungguh anugerah. Hal yang selalu saya dan istri coba praktikan ketika ada tamu berkunjung atau orang yang terlihat bingung. Apalagi ketika tahu dari negara atau beragama yang sama. Saya yakin, ketika membantu orang, kita juga akan dibantu orang lain di waktu dan tempat lain. Pay it forward lah ✌️

Tinggalkan komentar