Glossary


Halaman ini sekadar mengabadikan kata-kata atau ungkapan yang pernah ber-sliwer-an di sekitar kehidupan saya. Sekaligus membuktikan bahwa memang bahasa itu dinamis.

  1. Kuncup. Pertama kali mengenalnya, saat ada Pelatnas tahap 2 IMO di Malang, sekitar tahun 2008. Kata ini setara dengan semua variabel. Bisa berarti apapun. Semua bergantung pada si pengucap. Misal saja, saya sedang kuncup. Kuncup refers to duduk. Atau bisa juga, saya hobi bermain kuncup. Kuncup di sini berarti sepakbola. Jadi mulai dari verb, noun, adjective, dan lain-lain bisa ditunjuk oleh kata kuncup ini. Credit to Pak Nanang S., Pak Fajar Y. Pak Syafri Bahar, dan lain-lain.
  2. Cret, Crut, Crot. Sama seperti kuncup, trio “cret, crut, crot” adalah kata multi-arti. Namun, trio C ini, lebih diarahkan ke panggilan. Sejarahnya, dahulu kala, ada seorang teman saya, yang bernama Yanuar. Saya pernah beberapa kali pergi bareng untuk mengikuti pelatihan. Namun, si Yanuar ini rada lelet (walaupun ada 2 manusia lain yang lebih parah leletnya). Apalagi kalau sedang akan balik. Nah, namanya juga rada jengkel kalau di satu sisi travel menunggu dan di sisi lain ada manusia yang menghambat saya. Karena jengkel ini, saya memanggilnya dengan sebutan yancret. Kemudian, kebiasaan ini menyebar. Bahkan balik ke saya sendiri. Penyebaran paling luas jelas, di SMA saya. Bahkann, mungkin masih ingat hal-hal itu. Ada dampak positifnya lho. Jadi, kalau panggil crut, udah otomatis ke semua. Kalau di ITB, belum terlalu. semoga saja bisa menyebar seantero jagat. Mengingat korban pertama saya, Yancret, melanjutkan studi ke luar negeri.
  3. Lemah. Lemah, yah, seperti arti secara leksikalnya. Hanya saja, saya lebih sering menggunakan kata ini untuk menyebut sesuatu yang tidak mencapai standar yang seharusnya. Biasanya sih, niatnya untuk meningkatkan semangat, tapi ya entah penafsiran orang. Asal-usul kata ini, saat saya pelatihan (lagi-lagi). Sebut saja Zulkarnaen, siswa SMA Taruna Nusantara, yang menginspirasi saya untuk menggunakan kata ini.
  4. Somehow. Sebuah kata yang cukup menggambarkan isi hati saya tentang keheranan akan kejadian maupun keadaan yang ada di sekitar saya. Muncul pertama kali, pada awal November 2010. Saat Merapi meletus.
  5. Mathletes : sebutan anak-anak pelatnas IMO sebelum tahun 2007. Pas saya ikut, sudah gak disebut mathlete lagi, walaupun beberapa sesepuh yang mendewa, masih ikut. Tapi, gara-gara ndak bikin jaket atau kaos, hilanglah. Yah, walaupun saya tidak pernah lolos IMO, tapi nampaknya, istilah mathlete enak di hati.
  6. Lontong : Sebuah nama makanan, mungkin khas Indonesia. Namun, kata “lontong” sangat nikmat diucapkan. Menurut saya, ini efek dari akhiran “tong” yang dimilikinya. Lontong maneh…
  7. FAIL : ya, gagal. Intinya gagal. Enak sekali kalau diucapkan ketika melihat kejadian yang seharusnya berjalan sesuai rencana, tapi gagal. Misal, compile file .java pakai gcc.

1 comments

  1. blog ini lucu. isinya kamsud saya. dan Anda jelas wong pinter. nek ora pinter tulisane pasti ndak enak dibaca (dan gak perlu)… selamat menulis!

Tinggalkan komentar