Nonton Inter Milan di GBK

Kamis pekan lalu, saya pergi ke Gelora Bung Karno (GBK) atau ada yang mlesetin menjadi Giuseppe Bung Karno. Meh. Mau nonton Inter Milan yang kebetulan mengadakan tur ke Indonesia. Sebuah kesempatan langka bagi saya, yang masih mahasiswa ini. Kedatangan klub idola sejak kecil. Maklum, kalau musti nonton langsung ke Milan, Italia sana butuh biaya yang gede bagi mahasiswa macam saya ini. Makanya, saya sempatkan nonton. Bahkan kata teman saya yang juga Interisti:

haha, Inter sekali seumur hidup sun, lulus mah masih bisa ditunda :p

Jauh-jauh hari sudah pesen tiket di ICI (Inter Club Indonesia) cabang Bandung. Biar gak kehabisan tiket dan bisa nonton bareng Interisti di Curva Nord. Interesting.

Kamis pagi berangkat. Naik bus, dari YPKP. Gara-gara rada sakit, jadi di bus tidur. Walau kalau gak sakit pun tetep tidur. Sampai di GBK jam 1an. Masuk ke Inter Village. Gak ada yang menarik sih, kecuali Inter Museumnya. Ada beberapa jersey legendaris plus ada juga Piala Kuping Besar dan Piala Juara Dunia Antar Klub. Ngantri buat masuk ke Inter Museum pas lagi nampilin pialanya kayak antri sembako, tapi lebih tertib. 🙂

Di depan Inter Village
Di depan Inter Village
Tak ada Zanetti, patung pun jadi
Tak ada Zanetti, patung pun jadi (Ini kenapa birunya beda, peh…)

Hampir jam 6 sore mulai masuk ke GBKnya. Kebagian di Curva Nordnya. Yes. Dan dapat tempat duduk pula. Yes. Alhamdulillah.

Seperti yang sudah saya perkirakan, nonton di kelas 2 tapi bareng Interisti yang lain jauh lebih menyenangkan daripada di kelas lain, bahkan VVIP sekalipun.

La Grande Famiglia Interisti Indonesia
La Grande Famiglia Interisti Indonesia

Kalau boleh jujur, pertandingannya tidak terlalu seru. Mana gak terlalu full teampula Inter. Samuel juga gak turun. Tapi tak apalah, yang penting bisa liat langsung Zanetti, Cambiasso, Maicon, dan yang lain. All Hail Zanetti… HAIL…

The Match
The Match

Tapi, bareng-bareng teriak-teriak, sama-sama Interisti dari seluruh Indonesia itu keren parah. Dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, bahkan Papua. Wow. Nyanyiin Amala walau gak terlalu hafal. Atau pas liat biru-hitam di mana-mana. Merinding. Harga tiket kelas 2 yang 150.000 pun terasa sangat murah. Honestly.

Grazie Inter Milan, ICI Bandung, Ridhan dan Adly (temen nemu di bus ICI). Semoga bisa ganti mengunjungi…

PS : somehow, I can’t write down my feeling in that day. It’s just can’t be described by word.

NB : peh, banyak foto yang ngeblur, dan beberapa foto ada di kamera hp temen baru. Jadi ya, sedikit ini yang bisa ditunjukin. Mana HP boros batere pula, dan musti   tetep murup demi memantau kabar di tempat lain, kabar yang bisa mencuri konsentrasi dari nonton bola. Halah.

6 comments

  1. sun, selamat yah… hehe

    Salah satu checklist dalem hidup tercapai juga 😛

    Cepetan lulus, biar bisa nonton langsung di Meazza

    • Ahaha… thanks widh…
      sebenarnya, ini checklist dadakan sih… pengennya di Meazza langsung… Tapi tak apalah, ini udah sangat menyenangkan…

      Arsenal direquest ke Indonesia widh…

    • Pengennya sih begitu pak, sayangnya, saya gak punya akses ke sana. Kalau gak salah hanya beberapa perwakilan dari ICI (Interisti Indonesia) yang boleh.

      Akses dan kesempatan memang sesuatu yang istimewa pak.

Tinggalkan komentar