Nostalgia OSN 2004

Bermula dari obrolan random di beberapa jejaring sosial, saya jadi teringat salah satu saat yang membahagiakan di hidup saya. *hasyah. Jadi, saya coba menulisnya, buat bahan bacaan ketika nanti saya tua, dan udah kebanyakan memori :v (ini aja nginget-ngingetnya sudah rada susah)

Mari kembali ke 10 tahun yang lalu, saat saya masih SMP. Saya kala itu masih menjadi ketua regu pramuka, regu badak. Sebuah jabatan yang tidak populer. Waktu itu, kami ada rencana camping. Namun, saya malah disuruh ikut lomba. Meninggalkan anak buah saya membangun tenda. Saya sendiri ndak yakin si tenda bisa berdiri dan aman. :v

Saya ndak tau kalau lomba yang saya ikuti ini adalah olimpiade sains, dulu belum terkenal. Belum ada les-les khusus olimpiade. Belum ada seleksi sekolah, asal tunjuk saja. Saya pun diantar salah seorang guru. Yah, yang penting ikut dulu lah. Sambil berdoa teman-teman saya bisa mendirikan tendanya. Barang-barang saya untuk camping saya titipkan ke teman. Saya ndak bawa apa-apa. Kecuali baju yang saya kenakan. Literally.

Pas mau lomba, eh, baru sadar, ndak bawa alat tulis. Akhirnya, memutuskan untuk minjem ke peserta di belakang saya. :v Ini kalau saya ketemu mbak-mbak yang minjemin saya pulpen, saya bakal traktir lah. Hahaha, berjasa banget.

Akhirnya, lomba pun usai. Saya langsung ke tempat kemah. Heran. Ternyata tendanya bisa berdiri. Ada gapura dari bambunya juga pula.

Hari terakhir di perkemahan, si gapura rubuh. Ah, ternyata hukum alam masih berlaku.

Beberapa waktu kemudian, pengumuman lombanya keluar. Wew, saya juara 3 tingkat kabupaten. Senang sekali tentunya. Padahal ya gak ngira. Yang lebih wow, diundang ikut pelatihan seminggu untuk seleksi tingkat provinsi. SEMINGGU? Gila aja. Saya anak rumahan. Main aja paling pol ke lapangan bola.

Yah, coba sajalah. Kumpul sama peserta dari kabupaten bantul lain, yang mayoritas SMP 1 Bantul. Banyak parah. Baru tau kalau SMP 1 Bantul itu ada, dan bagus. *sungguh katak dalam tempurung saya.

Pelatihannya diadakan di villa Eden, selama seminggu. Saya masuk kelas matematika (ya iyalah). Isinya 25 orang. Mayoritas perempuan. Eh, baru tau kalau SMP 5 dan SMP 8 Yogya itu ada dan bagus. Anaknya jago-jago lah. Minder juga. Ahaha. Yang cowok jago-jago pula. Haduh, minder juga. Materinya juga gak ngerti. Tapi ya sudahlah ya.

Itu seminggu yang menyenangkan. Bisa kenal banyak teman baru. Sempet jalan-jalan gak penting ke kali kuning atau ngantri minjem N-Gage (iya kan ya?) atau loncat-loncat di spring bed. Dapat uang saku pula (edun, baru tau ada yang beginian, dikasih makan gratis, nginep gratis, kenal banyak teman baru, di-sangu-ni pula). Ahaha.

Kemudian, kami ikut seleksi tingkat provinsi. Alhamdulillah lolos lagi. Eh, ada pelatihannya lagi. Senang sekali. Dengan peserta yang lebih sedikit. Kalau ndak salah 25 orang apa ya. Jadi ya lebih akrab dan kenal satu sama lain.

Berita baik lainnya, lomba tingkat nasionalnya diadakan di Pekanbaru. Alamak, saya bakal naik pesawat. Gratis pula :v. Padahal, pas SD, lihat pesawat terbang rendah sampai keliatan jelas lambung pesawatnya saja saya sudah bangga sekali.

Pelatihan seminggu yang menyenangkan. Jadi makin akrab dengan para peserta lain tentunya. Ya mau gimana lagi, tidur, makan, dan main bareng-bareng terus. (entah kenapa saya prengas-prenges sendiri pas nulis ini, udah samar-samar sih ingatannya).

Dan, kamipun berangkat ke Pekanbaru, Riau. Sempat transit di Cengkareng. Ketemu Ari Wibowo, artis. Sesampainya di Pekanbaru, cuacanya panas banget, 37-38 derajat celcius apa ya. Kami menginap di hotel Mutiara (semoga namanya benar). Emak, ini juga kali pertama tidur di hotel. Kali pertama naik lift juga apa ya. Saya sekamar bertiga, bareng anak Jateng dan anak Bali. Tapi si anak Bali-nya pindah kamar. Bareng sama bapaknya. Sempet masuk angin (?) gara-gara naik lift. Dalam hati, “ada yang lebih kampung dari saya ternyata.

Kunci kamar juga sempet ketinggalan di dalam kamar, terus kekunci. Fuuu….

Walau kamar kami terpisah-pisah, kami sering kumpul atau main bareng. Di salah satu kamar teman, nemu benda aneh (bagi kami anak SMP). Sempet nyari game center.  Jauh-jauh kok nyari game center. Atau kalau enggak, nelpon kamar temen, terus pura-pura jadi resepsionis, terus disuruh turun ke lobby.

Main Kartu
Main Kartu

Contoh, penjajahan. Yang punya kamar malah ndepis di pojokan. Rasis memang :v

Main kartu memang salah satu aktivitas favorit.

Sebagian kontingen DIY
Sebagian kontingen DIY

Lombanya sendiri terdiri dari 2 hari. Hari pertama, saya gak bisa ngerjain soal yang pernah diajarin pas pelatihan lah. Saya sempet ngajarin soal tersebut ke teman sekamar saya. Dia bisa. Saya enggak. Ya wis, nasib.

Hari ke dua lebih mending.

Selain dua hari tes, kayaknya sisanya diisi dengan main.

Acara penutupun di hari terakhir, sekaligus pengumuman. Memang nasib lagi mujur, alhamdulillah saya dapet. (padahal gak punya ekspektasi apa-apa). Kayaknya memang salah satu trik mendapatkan kebahagian itu dengan me-manage ekspektasi. Kalau gak ya, dengan bersyukur atas apa yang dimiliki. Auuuu.

Jaman itu, bu Mega yang menutup acara (IIRC), beliau masih jadi presiden.

Ah, rasanya seneng campur sedih. Sedih karena kudu pulang dari semua hal menyenangkan. Gak perlu sekolah pula :v. Dan kami pun berkemas lalu pulang.

Di bandara Pekanbaru. Yang namanya nasib, tidak bisa ditolak. Kaki saya ketlindes ban ketika kami menuju pesawat. Saya lupa yang nelindes itu ban mobil atau ban tangga roda pesawat. Jadi, ceritanya, di depan kami itu lewat sebuah mobil yang narik tangga pesawat. Kemungkinan sih roda tangga pesawat. Konon, sang sopir dipecat gara-gara hal ini. Saya jadi merasa bersalah.

Sakit ternyata. Langsung kepikiran, ini gimana kalau gak bisa main bola lagi.

Sempet ada yang bilang “nanti aja pulangnya, dirawat dulu”. Dalam hati, “waduh, emoh, masak sendirian”. Saya pun akhirnya ikut terbang.

Pas transit di Cengkareng, saya didudukan di kursi roda, terus didoroang kesana kemari oleh teman-teman saya. :v

Akhirnya, nyampai juga di Jogja, ayah saya langsung menjemput dan nganter ke rumah sakit. Padahal sih pengennya say goodbye-say goodbye dulu sama yang lain. Gak yakin bisa bertemu lagi soalnya, hiks.

Kaki saya sendiri alhamdulillah ndak apa-apa.

Ah, ternyata itu bukan akhir dari semuanya. Pas itu, banyak lomba-lomba buat anak SMP. Lomba pun jadi ajang main. Apalagi pas babak-babak akhir, pasti tinggal itu-itu aja anaknya. Yang juara pun giliran. Ada lomba yang salah hitung poin, terus diulang finalnya. Ada juga yang finalnya dikasih kunci jawaban yang salah, jawaban peserta disalahin, terus peserta lainnya ngebelain jawaban peserta tersebut. Ada yang minjem penggaris ke peserta sebelah saat tes berlangsung (lomba kok pinjem-pinjeman – ini saya ding). Dan lainnya.

Masuk masa SMA, rata-rata pada masuk ke SMA 1 atau SMA 3. Saya sendiri masuk ke SMA lain-lain :v (biasanya ditulis gitu kalau daftar-daftar lomba).

Sekarang sudah pada lulus kuliah (sudah 10 tahun yang lalu). Jaman diamana Sponge Bob masih baru tayang di TV, Extravaganza juga baru muncul di Trans TV. Sudah ada yang jadi dokter, sudah melanglang buana, ada yang ngelanjutin kuliah, ada yang bekerja, ada yang jadi mapres, ada yang jadi putri (bukan cowok jadi cewek lho), ada yang sudah berkeluarga, ada juga yang ilang entah dimana tak tau kabar beritanya.

Salah satu manfaat internet dan jejaring sosial kali ya, mendekatkan kembali yang jauh-jauh, mempertemukan lagi yang sempet kepisah-pisah.

Ah memang masa-masa yang indah. Pantas dikenang. (dan pas nulis ini semangat hidup saya jadi nambah, ahaha. Dunia masih luas, bersyukur bisa kenal sama anak-anak itu, inspiratif, pret ah)

Oh iya, kami sempet kumpul-kumpul lagi tahun 2010, baca di sini dan sini.

Saya jadi kepikiran, kalau ndak mengalami semua itu, saya jadi seperti apa ya. Ah sudahlah, disyukuri saja.

Mari kembali ke dunia nyata.

Ah, jadi anak-anak memang menyenangkan, gak perlu mikir isi air galon habis.

NB : ini saya lupa fotonya dari siapa, ahaha. Kayaknya saya nyomotin dari fesbuk deh. Mau diupload semua, tapi kok ndak enak kalau ada yang dulu berjilbab, sekarang sudah. Jadi ya, yang diupload yang isinya anak laki-laki di sekitar masa puber (sudah dan belum) saja, sisanya jadi konsumsi pribadi saja :v

NNB (Nambah NB) : ingatan saya mungkin sudah terditorsi, jadi ya seingetnya saya aja yang saya tulis. Kalau ada koreksi atau tambahan, mungkin saya tambahi nanti. Mungkin. Kalau ingat. Maklum, kamera belum populer, jarang foto-foto. Belum ada juga ngetrend jejaring sosial, jadi gak bisa update kejadian setiap saat :v

9 comments

Tinggalkan komentar