Menjajal Menjadi Mahasiswa Yogya

Liburan akhir tahun yang digabung dengan liburan semester ganjil kali ini sungguh panjang. Berhubung UAS yang diadakan sebelum libur akhir tahun, sehingga liburan bisa digabung. Tidak seperti nasib teman-teman saya yang berkuliah di Jogja, saya sudah bosen liburan, mereka baru mau akan masuk minggu tenang. Semua ini jelas efek dari “libur Merapi” dan memang jadwal yang mendukung.
Akhirnya, setelah cukup puas berekreasi di Bandung, dengan jalan-jalan ke De Runch bersama asisten IRK yang lain. Saya akhirnya pernah naik kuda lho… *ndak penting.

Siung
Siung

Lanjut ke liburan di Jogja, #cut and not written
Saya menghabiskan akhir dan awal tahun di kost teman SMA saya, sebut saja Arief, Elektro UGM 2008. Teman sekelas, pernah sekamar juga, dan sering belajar bareng (atau sering bareng waktu etut dengan mendengarkan radio HP dan cerita aneh-aneh).

Saya numpang di kost Arief selama kurang lebih 5 hari. Ngapain saja ? Berikut hal-hal yang saya lakukan :

  1. Numpang nonton Final AFF di kontrakan temannya Arief.
    soalnya di kost Arief ndak ada TV.
  2. Sit-In di kelas Manajemen Industri UGM
    akhirnya, kejadian juga saya bisa sit-in di kampus orang. Walaupun rada ribet (musti pakai sepatu dan baju berkerah). Dan, tahukah Anda, saat saya masuk kelas tersebut, langsung disuruh mengeluarkan kertas. Saya pikir ini bakal kuis dadakan. Ternyata eh ternyata, cuman disuruh nulis hal baik dan hal buruk mengenai dosen tersebut. Kalau kuis beneran, saya bakal isi dengan cuplikan kata-kata Tannenbaum mungkin. By the heaven, dosennya enak parah. Komentar temen : itu dosen paling enak semester ini. Komentar saya : pantesan.
    Dengan sit-in ini, saya bisa merasakan suasana yang beda. Misalnya saja, kursinya. Bedalah dari kampus saya. Nagih yang jelas.
  3. Main futsal bareng anak Matematika dan Elektro
    Dari sekedar ajakan via YM kepada salah satu Yonkou atau Sannin jagat matematika Indonesia, saya main futsal di tanggal 30, jam 8 malam. Padahal, susah parah mencari lapangan. Yah, walaupun sekedar 4 lawan 4. Cukup puas lah, ketemu dengan anak buah lama.
    Pagi harinya, saya diajak futsal bareng anak Elektro UGM. Menyenangkan. Bisa cukup ngawu-awu. Dan dapat teman baru. Ditraktir pula. Senangnya. Padahal, saya adalah satu diantara 2 orang yang nyeker. Murah parah harga sewanya dengan kualitas lapangan seperti itu.
  4. Kembang Api
    Kost-an temen saya ini cukup strategis untuk sekadar menikmati orang membakar duitnya via kembang api tahun baru. Andaikata, dinaikan jadi 3 lantai, pasti semua kembang api kelihatan. Tapi tak apalah, lumayan. Ndak perlu uyek-uyekan di jalan.
  5. Iki Siung…
    Akhirnya, acara utamanya. Jalan-jalan ke Siung. Dengan naik 2 mobil, bersebelas orang. Saya, Lorencrot, Dina, Ucil, Hana, Arief, Omon, Ginta, Nilam, Uli (temen satu SMA) dan Bekti (penyusup) kami mulai perjalanan. Dengan tanpa hapal jalan. Buktinya, musti bayar tiket masuk 2 kali.
    Di sana kita seperti manusia lainnya, lihat-lihat air, dan cebur-ceburan. Males nyeritainnya. Mending pergi sendiri. Fufufu… 

    Iki Siung
    Iki Siung
  6. Panti Asuhan
    Kalau yang ini, tidak terencana. Sudah saya tulis di postingan sebelumnya.
  7. Bossanova
    Wow, saya akhirnya bisa dengan sengaja mendengar lagu Bossanova lagu Jawa ini. Soalnya selama ini sekadar numpang lewat saja. Dan, Mantep lah. Apalagi kalau dibuat tiduran. Bisa mesem-mesem sendiri. Saya berencana menulis mengenai Bossanova Jawa ini. Sekalian lokasi mengunduhnya.

Cukup sederhana sih liburan saya. Tidak mengeluarkan banyak biaya juga. Namun, banyak inspirasi yang saya dapatkan. Salah satu yang wow, dari teman saya, Omon :

Bukan “Kemana”, tapi lebih penting “Bersama Siapa”

Maksudnya, begini : kalau mau jalan-jalan, ndak penting kemana kita pergi, mau ke hutan, ke pantai, ke tempat sampah, ke gedung DPR, ke jembatan, atau lainnya yang penting bareng-bareng teman. Kan intinya itu. Komentar saya : iya juga…

Yang saya peroleh pun tidak hanya 7 poin itu. Kenapa yang ditulis cuman 7 ? Soalnya saya suka angka 7.

Ada juga hal-hal seperti makan di angkringan (di Bandung cuman 1), makan Coto seharga 6.500 yang lebih murah dari Coto di Makasar (8.000), obrolan-obrolan lintas disiplin ilmu, berjumpa anak buah saya, merasakan ngenet di UGM, makan soto murah, berburu duren, dan banyak hal lain.

Yang jelas, bukan liburan yang mengecewakan. Walaupun ada yang kelewatan…

4 comments

Tinggalkan komentar